Minggu, 16 Juni 2013

Where Is My Shoes?

Where is My Shoes?
“Coba, miss mau tes satu satu ya tentang pelajaran kemarin! Ok, are you ready?”
“Yes, Miss....”
Senang rasanya mendengar dan melihat ekspresi anak didikku dari hari ke hari semakin membaik dan meningkat kemampuan dalam berbahasa Inggris. Rabu, tepat pukul 7.00 saatnya pelajaranku dimulai. Tidak ada persiapan apapun, hanya terbesit beberapa ide bermunculan di pikiran ini. Ya, folding paper kupilih sebagai teknik mengajar Rabu itu. “Well, I’d like to ask Zaki,” mendekati Zaki sembari tersenyum. “Zaki, are you ready answering my questions?”
“Yes, Miss.” Zaki menganggukan kepalanya dan terlihat gigi mungilnya itu.
“Zaki, what did you eat last night?” Oh ya, hari itu aku mereview kembali pelajaran tentang Past Tense.
“I ate a piece of Pizza.”
“Excellent,” kuacungkan jempol ini ke arah Zaki.
Aku berjalan ke arah anak didikku yang terlihat gelisah dengan pertanyaan yang akan kuberikan. “Jasmine, do you want to answer my question?” Kembali kuarahkan senyumanku untuknya.
“Yes,” kepalanya mengangguk ke arahku.
“Did you sleep late last night?” Aku berjalan menuju meja belajarnya, dan kembali bertanya, “Is it easy, right? You can answer now.”
“No, I didn’t.”
Lalu, kuacungkan kembali jempolku, “Very good.”
Baru dua anak didikku yang berhasil menjawab pertanyaanku. Rasanya masih perlu aku bertanya kembali untuk tahu apa mereka sudah mengerti dengan pelajaran tentang Past Tense. Kali ini, aku dekati anak didikku yang sedikit lambat menerima pelajaran. Terkadang, anak ini butuh bimbingan saat akan mengerjakan latihan soal.
“Devon, are you ready to answer my questions?”
“Pertanyaannya apa Miss?” Devon akan selalu bertanya saat dia merasa belum jelas.
“What did you watch two hours ago?”
Nah, kali ini Devon menjawab cepat sekali. “I watched Cartoon film two haours ago.”
Tak canggung-canggung aku pun mengusap kepalanya, dan berkata “Excellent.”
Saat aku akan berjalan menuju meja anak didikku yang terletak dua baris dari belakang, terdengar suara ketukan dan mengucap salam, “Assalamuallaikum,” suara mungil anak didikku yang datang terlambat ke kelas.
Kujawab salam itu, “Waallaikumsalam, Abile.” Ya, anak didikku yang satu ini terkadang membuat aku gemas, terkadang membuat aku ingin berhenti saja menjelaskan pelajaran di depan kelas.
“Miss, sepatuku tertinggal,” katanya sambil menunjukkan kakinya yang terbalut kaus kaki.
Sementara itu, anak didikku yang lain menertawakannya. Padahal, suasana kelas saat itu sedang kondusif sekali untuk belajar. Saat Abile masuk dan mengatakan kalau sepatunya tertinggal, hilang sudah konsentrasi anak didikku untuk belajar.
“Masya Allah, Abile... Kenapa bisa tertinggal?” Aku bertanya sembari kutahan rasa tawa ini.
“Itu Miss, aku buru-buru terus aku lupa kalau aku belum pakai sepatuku. Tapi tenang Miss, sebentar lagi pasti diantarkan sepatuku oleh Ayah atau mungkin Bunda,” balasnya polos sekali.
“Kalau belum diantarkan juga, sorry Miss hari ini aku nggak akan pakai sepatu,” lanjutnya dengan penuh senyuman lega karena tidak memakai sepatu.
“Ok, you may sit down now. And prepare your English book,” kataku sembari mengantar ke meja belajarnya agar dia cepat duduk dan semua anak kembali fokus belajar.
Sambil menunggunya ‘ready’ untuk belajar, aku pun mendekati meja belajarnya. Dan bersiap-siap melontarkan sedikit pertanyaan. Sebenarnya tanpa diberi pertanyaan pun, Abile pasti sudah sangat mengerti tentang pelajaran yang sudah aku berikan.
“Coba, miss mau tes satu satu ya tentang pelajaran kemarin! Ok, are you ready?”
“Yes, Miss....”
Kulontarkan sebuah pertanyaan kepadanya, “What did you eat an hour ago?”
“I ate porridge with my mom,” dengan lancar dan tanpa pikir panjang dia pun menjawabnya.
“Then, was it expensive?” lanjutku cepat-cepat. “Hmm, it was cheaper. Did you like porridge, Miss?” tanyanya sambil memainkan pensil mekaniknya.
“Aha, it was delicious, wasn’t it? So, I liked it.” Aku berjalan mendekati meja anak didikku lainnya perlahan usai menjawab pertanyaan dari Abile.
            Sosok mungil Abile memang selalu menjadi sorotan di kelas 3D. Rasanya dunia hampa saat dia tidak masuk ke sekolah. Padahal, tingkah laku Abile super banget, lho saat di kelas. Semua guru yang masuk ke kelas 3D, pasti akan dibuat acak-acakan saat sedang mengajar. Ada-ada saja ulah yang dibuatnya. Terkadang, sang Bapak atau Ibu guru yang sedang mengajar akan merasa kesal. Ya, rasa penasaran Abile terhadap suatu hal terkait dengan pelajaran memang sangat besar, berbeda dengan anak didikku yang lainnya. Abile selalu mengajukan beberapa pertanyaa diluar dugaan orang-orang dewasa. Tapi, karena rasa penasaran itulah, perbendaharaan kata Abile boleh dibilang sangat bagus dibandingkan dengan anak seusianya.
            Tak hanya itu, Abile juga sering membuat saya merasa terlihat tak berdaya sebagai seorang dewasa. Abile sering sekali bertanya ini dan itu kepada saya. Memang pertanyaan yang dia tanyakan pasti terkait dengan pelajaran. Hanya saja, baru satu pertanyaan berhasil saya jawab dan sukses mematahkan semangatnya untuk tidak bertanya lagi, pasti pertanyaan lainnya akan menyusul. Abile akan mulai berhenti bertanya saat saya sudah memberikan latihan soal kepadanya. Hufft, memang melelahkan pekerjaan seorang guru. Semakin guru itu pandai berkata, maka anak didiknya pun akan dua kali lipat kepandaian berkatanya. Hanya bisa mengelus dada dan mengangkat kedua telapak tangan saya ini, sambil mengucap “Alhamdulillah, masih banyak anak didik yang bertanya dan memperhatikan pelajaran saya. Semoga kelak mereka jadi anak generasi penerus bangsa yang jujur dan bisa memperbaiki kehidupan Rakyat Indonesia nantinya.”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar